Hari ini telah banyak contoh lembaga audit negara di dunia yang secara pro-aktif menyesuaikan perannya dengan membangun interaksi dengan masyarakatnya. Namun sayangnya, di tengah-tengah tren dunia tersebut, dua lembaga audit publik di Indonesia, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dapat dikatakan masih berada pada wilayah tradisionalnya dan belum berada di garis depan dalam membangun interaksi dengan warga negara. Kendati beberapa upaya interaksi mulai dilakukan seperti di BPKP yang sudah mengoperasikan sistem whistleblower, yang memungkinkan warga untuk melaporkan penyalahgunaan wewenang oleh staf BPKP. Tapi di luar upaya tersebut, sebenarnya BPK dan BPKP masih memiliki area yang sangat luas terbuka untuk juga bisa ikut mempromosikan pengawasan warga dan budaya integritas melalui keterlibatan publik. Oleh karena itu BPK dan BPKP nampaknya perlu untuk mulai mengeksplorasi bagaimana keterlibatan masyarakat dapat berkontribusi mempromosikan pengawasan warga (melalui, misalnya, keterlibatan publik dalam penilaian risiko dan audit) serta juga mempromosikan budaya integritas secara lebih umum.
Saat ini di berbagai belahan dunia, terdapat tren dimana Lembaga Audit Tertinggi atau sering disebut dengan istilah Supreme Audit Institutions (SAI) secara perlahan tapi pasti mulai bergerak di luar peran tradisional mereka dalam mengawasi penggunaan rekening publik. Perluasan upaya pengawasan oleh lembaga audit negara di negara-negara lain ini sejalan dengan adanya transformasi yang lebih luas dalam peran pemerintah dan peningkatan interaksi pemerintah dengan warga-nya. Peran lembaga audit negara kini juga mulai terlibat di dalam siklus perumusan kebijakan publik dengan berperan di dalam memberikan konsultansi mengenai pengelolaan anggaran yang baik. Tentunya konsultasi yang diberikan didasarkan kepada laporan hasil audit tahunan dan ulasan strategis multi-tahunan.
Lembaga audit negara di berbagai dunia mulai menyadari potensi yang sangat besar dari partisipasi warga terhadap proses pengawasan pengelolaan anggaran. Dengan misi bersama untuk meningkatkan akuntabilitas dan kualitas tata kelola pemerintahan, potensi ini sangat saying jika tidak dimanfaatkan oleh lembaga audit negara. Salah satu contoh yang patut diperhatikan adalah keanehan yang ditemukan oleh BPK RI pada Anggaran Darurat Pasca-Tsunami di Aceh tahun 2006 yang mencapai 650 juta US Dollar. Kolaborasi yang baik di antara masyarakat dan BPK RI, membantu keduanya untuk dapat menghadirkan informasi yang akurat dalam menemukan dan mengekspos masalah tersebut. Contoh tersebut menunjukan bagaimana masyarakat sebagai penerima manfaat dari lembaga audit negara, juga sebenarnya merupakan pemangku kepentingan utama sekaligus mitra utama dari lembaga audit negara.
Salah satu prakteknya, adalah dengan kerjasama yang bersifat dua arah di antara lembaga audit negara dan masyarakat yang dapat memperkuat satu sama lain. Di satu sisi, lembaga audit negara memiliki peran penting dalam memberikan jaminan informasi tentang pengelolaan keuangan dan implementasi kebijakan yang objektif, dapat diandalkan, relevan, dan mudah dipahami. Selain itu, lembaga audit negara juga dapat mempublikasikan laporan mereka, temuan dan rekomendasi. Kedua praktek tersebut menunjukan betapa potensialnya peran lemabaga audit negara dalam memperkuat peran masyarakat dan masyarakat sipil di dalam pengawasan kinerja pemerintah, di samping juga dapat meningkatkan dampak dan visibilitas dari kinerja lembaga audit negara. Dengan begitu, lembaga audit negara dapat memperkuat dampak dari laporan audit mereka dengan membangun kelanjutan hubungan dengan pemangku kepentingan kunci lainnya seperti media, masyarakat sipil, warga, dan perwakilan legislatif yang dapat mendukung lembaga audit negara.
Di sisi lain, lembaga audit negara juga bisa mendapatkan keuntungan dari partisipasi dan informasi dari masyarakat untuk membantu kinerja mereka. Misalnya melalui proses audit sosial yang dilakukan masyarakat sipil dapat membantu lembaga audit negara di dalam memberikan informasi tambahan yang dapat melengkapi hasil auditnya. Informasi spesifik maupun masukan umum yang diterima oleh lembaga audit negara dari publik tentang penemuan auditnya dapat membantu mereka untuk fokus pada area yang menjadi perhatian utama publik. Menanggapi keluhan warga dalam perjalanan proses audit dapat memberikan indikasi dugaan penipuan dan area berisiko tinggi, dan dapat memastikan lembaga audit negara lebih responsif.
Di Indonesia, dua lembaga audit publik, BPK RI dan BPKP, belum mengambil langkah signifikan dalam melibatkan warga negara untuk mendorong akuntabilitas dan integritas. BPK RI, pertama kali didirikan pada tahun 1946, memiliki mandat untuk melakukan audit yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara dan tanggung jawab yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, seperti Bank Indonesia, BUMN, BUMD, Dewan Pelayanan Publik, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. BPK RI menyerahkan hasil audit mereka kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai dengan kewengannya masing-masing. Untuk membangun hubungan dengan pemegang kepentingan, BPK RI mendirikan “Forum BPK Mendengar” untuk mendorong komunikasi aktif, mengumpulkan masukan, pemikiran, dan saran dari publik dan menguatkan kooperasi antara pemegang kepentingan. Forum ini dilaksanakan secara teratur dengan partisipasi aktif dari wakil organisasi masyarakat sipil, perjabat terpilih, media, dan representasi dari pemerintah daerah dan kementrian nasional.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dibentuk pada tahun 2006 setelah mengalami perombakan struktur berdasarkan instituti audit yang sebelumnya. Keputusan Presiden No. 192/2014 membuat BPKP bertanggung jawab kepada Presiden dan memberikan tugas kendali keuangan dan pengawasan pembangunan nasional. BPKP juga bertugas untuk meningkatkan pendapatan negara serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengeluaran anggaran pemerintah nasional dan regional. Kegiatannya termasuk melakukan audit dan evaluasi pada pengumpulan dan manajemen pendapatan pajak, pendapatan negara bukan pajak, aliran pendapatan daerah, dan pembangunan nasional. Selain itu, BPKP juga bertugas untuk mengevaluasi penerapan sistem pengendalian internal untuk mendeteksi dan menghalangi korupsi, serta menginvestigasi penyelewengan keuangan. BPKP menerima pendanaan rutin dan dikelola secara profesional. Namun, upaya untuk membangun hubungan langsung dengan warga tetap dinilai minimal hingga kini.
Jumat, 19 Oktober 2018
STANDAR DAN PANDUAN UNTUK AUDIT SISTEM INFORMASI
1. ISACA
ISACA adalah suatu organisasi profesi internasional di bidang tata kelola teknologi informasi yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1967. Awalnya dikenal dengan nama lengkap Information Systems Audit and Control Association, saat ini ISACA hanya menggunakan akronimnya untuk merefleksikan cakupan luasnya di bidang tata kelola teknologi informasi.
ISACA didirikan oleh individu yang mengenali kebutuhan untuk sumber informasi terpusat dan bimbingan dalam bidang tumbuh kontrol audit untuk sistem komputer. Hari ini, ISACA memiliki lebih dari 115.000 konstituen di seluruh dunia dan telah memiliki kurang lebih 70.000 anggota yang tersebar di 140 negara. Anggota ISACA terdiri dari antara lain auditor sistem informasi, konsultan, pengajar, profesional keamanan sistem informasi, pembuat perundangan, CIO, serta auditor internal. Jaringan ISACA terdiri dari sekitar 170 cabang yang berada di lebih dari 60 negara, termasuk di Indonesia.
• Sifat khusus audit sistem informasi, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan audit SI memerlukan standar yang berlaku secara global
• ISACA berperan untuk memberikan informasi untuk mendukung kebutuhan pengetahuan
• Dalam famework ISACA terkait, audit sistem informasi terdapat Standards, Guidelines and procedures
• Standar yang ditetapkan oleh ISACA harus diikuti oleh auditor.
• Guidelines memberikan bantuan tentang bagaimana auditor dapat menerapkan standar dalam berbagai penugasan audit.
• Prosedur memberikan contoh langkah-langkah auditor dapat mengikuti penugasan audit tertentu sehingga dapat menerapkan standar.
• Namun, IS auditor harus menggunakan pertimbangan profesional ketika menggunakan pedoman dan prosedur.
2. COSO
The Comitte of Sponsoring Organizations of the treadway commission’s (COSO) dibentuk pada tahun 1985 sebagai alinasi dari 5 (lima) organisasi professional. Organisasi tersebut terdiri dari American Accounting Association, American Instititue of Certified Public Accountants, Financial Executives International, Instititute of Management Accountants, dan The Institute of Internal Auditors. Koalisi ini didirikan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis berkaitan dengan isu-isu seputar pelaporan keuangan yang mengandung fraud.
Secara garis besar, COSO menghadirkan suatu kerangka kerja yang integral terkait dengan definisi pengendalian intern, komponen-komponennya, dan kriteria pengendalian intern yang dapat dievaluasi. Pengendalian internal terdiri dari 5 komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menjelaskan dan menganalisa sistem pengendalian internal yang diimplementasikan dalam suatu organisasi. Komponen-komponen tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian resiko
3. Aktifitas pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan
3. ISO 1799
Menghadirkan sebuah standar untuk sistem manajemen keamanan informasi yang meliputi dokumen kebijakan keamanan informasi, alokasi keamanan informasi tanggung jawab menyediakan semua pemakai dengan pendidikan dan pelatihan di dalam keamanan informasi, mengembangkan suatu sistem untuk laporan peristiwa keamanan, memperkenalkan virus kendali, mengembangkan suatu rencana kesinambungan bisnis, mengikuti kebutuhan untuk pelindungan data, dan menetapkan prosedur untuk mentaati kebijakan keamanan.
SUMBER:
herunugroho.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2016/08/Standar-Audit-SI.pptx
https://ccaccounting.wordpress.com/2013/10/21/jenis-jenis-audit/
ISACA adalah suatu organisasi profesi internasional di bidang tata kelola teknologi informasi yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun 1967. Awalnya dikenal dengan nama lengkap Information Systems Audit and Control Association, saat ini ISACA hanya menggunakan akronimnya untuk merefleksikan cakupan luasnya di bidang tata kelola teknologi informasi.
ISACA didirikan oleh individu yang mengenali kebutuhan untuk sumber informasi terpusat dan bimbingan dalam bidang tumbuh kontrol audit untuk sistem komputer. Hari ini, ISACA memiliki lebih dari 115.000 konstituen di seluruh dunia dan telah memiliki kurang lebih 70.000 anggota yang tersebar di 140 negara. Anggota ISACA terdiri dari antara lain auditor sistem informasi, konsultan, pengajar, profesional keamanan sistem informasi, pembuat perundangan, CIO, serta auditor internal. Jaringan ISACA terdiri dari sekitar 170 cabang yang berada di lebih dari 60 negara, termasuk di Indonesia.
• Sifat khusus audit sistem informasi, keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan audit SI memerlukan standar yang berlaku secara global
• ISACA berperan untuk memberikan informasi untuk mendukung kebutuhan pengetahuan
• Dalam famework ISACA terkait, audit sistem informasi terdapat Standards, Guidelines and procedures
• Standar yang ditetapkan oleh ISACA harus diikuti oleh auditor.
• Guidelines memberikan bantuan tentang bagaimana auditor dapat menerapkan standar dalam berbagai penugasan audit.
• Prosedur memberikan contoh langkah-langkah auditor dapat mengikuti penugasan audit tertentu sehingga dapat menerapkan standar.
• Namun, IS auditor harus menggunakan pertimbangan profesional ketika menggunakan pedoman dan prosedur.
2. COSO
The Comitte of Sponsoring Organizations of the treadway commission’s (COSO) dibentuk pada tahun 1985 sebagai alinasi dari 5 (lima) organisasi professional. Organisasi tersebut terdiri dari American Accounting Association, American Instititue of Certified Public Accountants, Financial Executives International, Instititute of Management Accountants, dan The Institute of Internal Auditors. Koalisi ini didirikan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis berkaitan dengan isu-isu seputar pelaporan keuangan yang mengandung fraud.
Secara garis besar, COSO menghadirkan suatu kerangka kerja yang integral terkait dengan definisi pengendalian intern, komponen-komponennya, dan kriteria pengendalian intern yang dapat dievaluasi. Pengendalian internal terdiri dari 5 komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut memberikan kerangka kerja yang efektif untuk menjelaskan dan menganalisa sistem pengendalian internal yang diimplementasikan dalam suatu organisasi. Komponen-komponen tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
2. Penilaian resiko
3. Aktifitas pengendalian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pemantauan
3. ISO 1799
Menghadirkan sebuah standar untuk sistem manajemen keamanan informasi yang meliputi dokumen kebijakan keamanan informasi, alokasi keamanan informasi tanggung jawab menyediakan semua pemakai dengan pendidikan dan pelatihan di dalam keamanan informasi, mengembangkan suatu sistem untuk laporan peristiwa keamanan, memperkenalkan virus kendali, mengembangkan suatu rencana kesinambungan bisnis, mengikuti kebutuhan untuk pelindungan data, dan menetapkan prosedur untuk mentaati kebijakan keamanan.
SUMBER:
herunugroho.staff.telkomuniversity.ac.id/files/2016/08/Standar-Audit-SI.pptx
https://ccaccounting.wordpress.com/2013/10/21/jenis-jenis-audit/
Sabtu, 13 Januari 2018
Rangkuman Jurnal Tugas Softskill
Jurnal 1 : Pembuatan
Aplikasi Presensi Perkuliahan Berbasis Fingerprint (Studi Kasus : Jurusan
Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya)
RESUME
Era globalisasi
seperti saat ini menuntut kita semua untuk berproses lebih cepat, begitu pula
dengan absensi kelas.
Absensi kelas yang
masih menggunakan tanda tangan secara konvensional dinilai kurang efektif untuk
menunjang pembelajaran di institusi selevel Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS). Mahasiswa kerap mengelabuhi presensi dengan cara menitipkan tanda tangan
kepada teman satu kelasnya, presensi yang ada di absen konvesional tersebut
kerap tidak valid.
Fasilitas recording
dan Tracking presensi mahasiswa ini akan diwadahi dalam sebuah web-based
application. Dimana admin dari aplikasi ini adalah Tata Usaha (TU) JSI. Admin
akan secara berkali (sehari sekali) mengupdate database presensi dari database
internal ke dalam website JSI. Sehingga presensi tiap kelas dapat dilihat
online.
Dengan menggunakan
aplikasi presensi fingerprint tersebut akan sangat membantu sistem absensi
kelas di JSI untuk realtime, meningkatkan validitas dan meminimalisir
kecurangan – kecurangan yang kerap terjadi, dan dapat diamati secara online.
Absensi Fingerprints
Absensi berbasis
fingerprints merupakan suatu metode yang sangat efektif untuk memonitoring
tingkat kehadiran di tempat kuliah. Dengan menggunakan absensi berbasis
fingerprints seorang mahasiswa tidak bisa menitip absensi lagi kepada teman
sekelasnya, sangat efektif untuk mengurangi kecurangan absensi yang sering
terjadi di tempat kuliah.
Device yang digunakan
untuk fingerprints scanning adalah VF-30.Sebuah mesin fingerprints scanner
dengan spesifikasi sebagai berikut:
·
BioNano
inti aloritma platrform dengan kinerja dan kehandalan tinggi
·
Versi
algoritma 2010 terbaru dengan kinerja baik pada sidik jari basah dan kering,
indentikasi dari sudut yang berbeda
·
Keypad
backlight putih dengan 10 tombol angka dan 7 tombol fungsi
·
Standart
fingerprint reader, RFID/Mifare/HID card reader
·
Mini
USB, RS485, dan TCP/IP untuk koneksi jaringan
·
Metode
Identifikasi: Sidik jari, Kartu, Password
·
VF30:
standar 1.000 sidik jari dan 32000 records Dengan spesifikasi yang telah
disebutkan di atas maka
device tersebut akan
mampu beroperasi di JSI ITS dengan maksimal.
Web-Based Application
Web-Based Application
adalah aplikasi yang diakses oleh pengguna melalui jaringan seperti internet
atau intranet. Istilah ini juga dapat berarti aplikasi perangkat lunak komputer
yang dikodekan dalam bahasa pemrograman yang mendukung seperti JavaScript,
dikombinasikan dengan bahasa browser seperti HTML dan bergantung pada web
browser umum untuk membuat aplikasi dapat dieksekusi.
CodeIgniter adalah
sebuah web application framework yang bersifat open source dan digunakan untuk
membangun aplikasi PHP dinamis. Tujuan utama pengembangan framework tersebut
adalah membantu developer dalam mengerjakan aplikasi secara lebih cepat
dibandingkan menuliskan semua kode program dari awal. CodeIgniter menggunakan
lingkungan pengembangan dengan metode Model View Controller (MVC) yang
membedakan antara logika dan tampilan. Model merepresantiskan struktur data
dari aplikasi yang bisa berupa basis data maupun data lain, misalnya dalam
bentuk file teks atau file xml.
1. View
Merupakan informasi
yang ditampilkan kepada pengguna. Didalam View tidak berisi logika-logika kode
dan pemrosesan data akan tetapi hanyaberisi variabel-variabel data yang siap
ditampilkan.
2. Controller
Controller merupakan
penghubung antara Model dan View. DidalamController ini terdapat class dan fungsi-fungsi
yang memprosespermintaan dari View kedalam struktur data didalam Model.
ANALISA DAN DESAIN
SISTEM
A. Rancang Umum
Sistem
MONIKUL mengelolah
semua data absensi JSI, dimana semua civitas yang tergabung di dalamnya dapat
melihat dan merekap absensinya. Civitas yang dimaksud adalah user yang tidak
lain adalah Dosen, Mahasiswa, dan Admin. User tersebut memiliki previlage
berbeda tergantung jabatan user tersebut.
B. Proses Penghitungan
Proses penghitungan
absensi dilakukan berdasarkan matakuliah, kelas matakuliah, dan jadwal kuliah
Setiap user yang melakukan absensi fingerprint pada kelas – kelas akan terekam,
namun dengan pengecualian-pengecualian yang dilakukan maka hanya user dengan
matakuliah, kelas matakuliah, ruangan, jadwal, dan dosen yang tepat yang akan
disimpan sebagai hadir. Diluar itu tidak akan ditampilkan karena salah kelas,
matakuliah, jadwal, atau dosen. User yang ketidakhadirannya lebih dari yang
telah sistem tentukan akan keluar pada halaman kehadiran kurang.
C. Usecase
Usecase diagram pada
aplikasi ini memiliki fungsi untuk menjelaskan interaksi antar aktor dan sistem
untuk mencapai tujuan, aktor yang dimaksud dapat berupa user atau sistem.
Package Usecase Admin
Admin adalah user
yang mengelolah aplikasi ini, dalam hal ini orang tersebut adalah bagian TU JSI
pengelolah absensi. User ini memiliki prioritas tertinggi sehingga user ini
juga memiliki hak akses untuk semua fitur pada aplikasi ini. Hak akses tersebut
antara lain:
·
Melihat
rekap absensi semua matakuliah
·
Mengubah
profil user Dosen dan Mahasiswa
·
Mengubah
jadwal dosen dan mahasiswa
·
Mengubah
kelas dosen dan mahasiswa
·
Mengubah
matakuliah yang diampu/diambil dosen dan mahasiswa
Isi dari package
usecase tersebut adalah usecase untuk admin.
Package Usecase Dosen
Dosen adalah middle
user dalam aplikasi ini yang hanya memiliki akses untuk privilege dosen, antara
lain:
·
Melihat
rekap absesnsi untuk matakuliah yang sedang diampu
·
Mengubah
profil dosen
·
Mengubah
matakuliah yang sedang diampu dosen tersebut
·
Mengubah
jadwal untuk matakuliah yang sedang diampu dosen tersebut
·
Mengubah
kelas untuk matakuliah yang sedang diampu dosen tersebut
Selain itu dosen juga
memiliki hak untuk meminta admin melakukan hal – hal di atas bila dosen yang
bersangkutan tidak bisa melakukan hal tersebut.
Package Usecase
Mahasiswa
Mahasiswa adalah
middle user dalam aplikasi ini, sama seperti dosen, mahasiswa juga memiliki
limited privilege, antara lain:
·
Mengubah
profil mahasiswa
·
Mengambil/drop
matakuliah yang sedang diambil
·
Melihat
rekap absensi untuk matakuliah yang sedang diambil
Selain itu mahasiswa
juga dapat meminta admin untuk melakukan hal – hal di atas apabila mahasiswa
yang bersangkutan berhalang melakukannya.
D. Robustness Diagram
Robustness diagram
adalah penjabaran dari usecase, yang bertujuan untuk mendetailkan proses dari
tiap usecase. Robustness diagram akan dibuat berdasarkan usecase yang ada.
E. Sequence Diagram
Sequence diagram
adalah step by step dari sistem terhadap sebuah usecase. Dapat disebut sebagai
penjabaran sistem dari usecase. Sequence diagram akan menjelaskan tentang
proses yang terjadi dalam sistem. Pembuatan sequence diagram dijabarkan
berdasarkan usecase yang ada.
F. Class Diagram
Pada bagian ini akan
dijelaskan tentang atribut beserta fungsi dan method yang digunakan dalam
mengembangkan sistem.
IMPLENTASI DAN UJI
COBA
A. Implementasi
Pada tahapan
implementasi dan uji coba ini, dibutuhkan beberapa komponen pendukung seperti
perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras berperan dalam menciptakan
lingkungan operasi dari sistem yang dibangun. Perangkat lunak berperan dalam
menyusun aplikasi tersebut
B. Uji Coba
Setelah melakukan uji
coba fungsional didapatkan rincian apakah fitur-fitur aplikasi telah berjalan
dengan baik.
Jurnal 2 : Identifikasi Iris Opsi Identifikasi Biometrik
RESUME
Identifikasi iris
dianggap merupakan salah satu metode identifikasi biometrik yang ideal dan
lebih stabil karena iris adalah organ internal yang terproteksi oleh kornea. Beberapa
kekurangan metode ini ialah pada pengguna kacamata, lensa kontak, atau
cadar,serta peminum alkohol.
A.
STRUKTUR
HISTOLOGIK IRIS
Iris berfungsi untuk
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bagian posterior bola mata melalui pupil.
Pada rangsangan cahaya terang, serat saraf parasimpatis merangsang otot polos sirkular (mconstrictor pupillae) untuk berkontraksi
dan menyempitkan ukuran pupil (konstriksi). Pada cahaya redup, serat saraf
simpatis merangsang otot polos radial (m. dilatator pupillae) untuk
berkontraksi dan memperbesar ukuran pupil (dilatasi). Respons-respons ini
bersifat refleks viseral.
B.
IDENTIFIKASI
BIOMETRIK
Identifikasi
biometrik adalah metode pengukuran objektif atas karakteristik fisik tertentu
dari seseorang. Data biometrik dari sekelompok orang bila disimpan dalam sebuah
bank data, dapat digunakan untuk verifikasi identitas orang dalam kelompok
tersebut. Metode identifikasi biometrik yang telah banyak digunakan yaitu sidik
jari, pengenalan wajah dan identifikasi iris. Negara tertentu seperti Amerika
serikat, RRC, India, dan Indonesia, telah menerapkan penggunaan identifikasi
biometrik dalam pembuatan identitas resmi warga negara maupun wisatawan yang
akan masuk ke negaranya.
Mekanisme penggunaan
sistem biometrik dapat digambarkan dengan beberapa fase, yaitu :
Fase Pertama yaitu
fase pemasukan data (enrollment). Pada fase ini masukan akan di pindai oleh
sensor biometrik, yang mengambil data digital karakteristik anggota tubuh
seseorang.
Fase selanjutnya
adalah fase pencocokan; dalam fase ini sekelompok data pembanding yang telah
dimasukkan sebelumnya akan dicocokkan dengan identifikasi data yang dimasukkan
pada fase pertama.
Pada pencatatan data
digital dimungkinkan adanya reduksi, sehingga dihasilkan data digital yang
bebas dari data yang menyebabkan kesalahan identifikasi. Hasil ini akan diproses
dengan ekstraktor ciri untuk menghasilkan suatu representasi individual yang
ekspresif dalam bentuk template, yang dapat disimpan dalam database di sistem
biometrik atau dapat direkam pada berbagai media seperti kartu magnetik, chip,
atau media penyimpan lain sesuai maksud penggunaannya. Pada fase pengenalan,
bagian tubuh individu dibaca oleh pembaca biometrik dan dikonversi dalam bentuk
digital, untuk diproses sebagai template. Selanjutnya, template ini dicocokkan
dengan identifikasi individu yang disim-pan dalam database, kartu magnetik,
chip, atau media penyimpan lain.
C.
IDENTIFIKASI
IRIS
Identifikasi iris
(iris recognition) adalah metode identifikasi biometrik yang menggunakan
pengenalan pola matematis data video dari iris mata seseorang.
Identifikasi iris
dimulai dengan melokalisasi batas luar dan dalam dari iris (pupil and limbus)
pada data gambar sebuah mata. Selanjutnya, program algoritma mendeteksi dan
melakukan eksklusi kelopak mata, bulu mata, dan refleksi spektrum cahaya. Data
gambar mata yang sekarang hanya berisi data gambar iris dinormalisasi untuk
mengompensasi dilatasi atau konstriksi pupil, kemudian dianalisis dengan
mengambil data berupa informasi pola iris untuk dapat dibandigkan dengan pola
pembanding. Pada algoritma Daugman, sebagian besar informasi amplitudo
dihilangkan; hal ini dimaksudkan agar pola iris tidak dipengaruhi oleh
perubahan pada pencahayaan atau kontras kamera.
Identifikasi atau
verifikasi identitas seseorang dilakukan dengan mencocokkan pola iris yang
diperoleh dengan data pola iris yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam
database. Data yang diperoleh dianalisis dengan komputer menggunakan metode
bayesian untuk meningkatkan akurasinya.
1 Kelebihan
identifikasi iris
Metode identifikasi
iris dianggap merupakan salah satu metode identifikasi biometrik yang ideal
karena iris adalah organ internal yang terproteksi oleh kornea. Berbeda dengan
sidik jari yang akan sulit dicocokkan bila kulit jari mengalami kerusakan, iris
umumnya stabil dan datar. Konfigurasi geometrik iris dikontrol oleh otot
sfingter pupil dan dilator pupil. Sedikitnya otot yang mampu menimbulkan
perubahan menyebabkan iris lebih stabil dibanding metode identifikasi biometrik
lain seperti metode pengenalan wajah.
Metode identifikasi
iris mengambil data gambar iris dari jarak 10 cm hingga beberapa meter,
tergantung ketelitian alat pengambil gambar. Cara ini mengurangi kontak dan
penularan penyakit akibat penggunaan alat, atau terjadinya penolakan pada
budaya tertentu akibat terjadinya kontak langsung atau jarak individu yang
diperiksa amat dekat dengan pemeriksa. Walau beberapa prosedur operasi dapat
merubah warna dan bentuk keseluruhan iris, namun pola halus pada iris tetap
stabil hingga beberapa dekade.
2 Kekurangan
identifikasi iris
Kebanyakan teknologi
biometrik mengalami kesulitan membedakan apakah data biometrik yang
diperolehnya berasal dari jaringan hidup. Identifikasi biometrik baru dianggap
terpercaya bila dapat dibuktikan bahwa data yang diperoleh merupakan data yang
berasal dari bagian tubuh yang hidup, dan bukan dari cetakan atau gambar yang
sengaja dibuat.
Pada identifikasi
iris kekurangan di atas dapat diatasi dengan melakukan analisis spektrum warna
untuk membedakan apakah data berasal dari jaringan iris atau bahan lain.
Beberapa alat dibuat dengan menggunakan penyaring berupa pergerakan bola mata
untuk menghindarkan digunakannya gambar mata untuk menggantikan mata orang yang
akan diidentifikasi.
Identifikasi iris
dapat mengalami kesalahan atau menurun ketepatannya, khususnya pada keadaan
sebagai berikut, yaitu: penggunaan kacamata yang memantulkan cahaya atau
menghalangi pengambilan gambar bola mata; lensa kontak untuk kepentingan
kosmetik atau yang berpola; dan penggunaan cadar atau penutup wajah yang
menutupi daerah mata. Oleh karena itu, sebelum identifikasi iris penggunaan hal
tersebut di atas harus dipastikan untuk dilepas sementara waktu.
Jurnal 3 : Sistem Pengenalan Wajah (Face Recognation) Menggunakan Metode Hidden
Markov Model (HMM)
RESUME
Aplikasi pengenalan
wajah pada citra digital dengan metode Hidden Markov Models dengan menggunakan
database Pain Ekspression Subset sebagai input data untuk diolah oleh program
face recognition, dikarenakan mampu memodelkan data 2 dimensi seperti citra
dengan biak, serta mendapatkan hasil yang lebih teliti.
Hidden Markov model
merupakan pemodelan probabilitas suatu sistem dengan mencari
parameter-parametermarkov yang tidak diketahui untuk memperoleh analisis sistem
tersebut. Metode Hidden Markov Model (HMM) mampu menangani perubahan statistik dari
gambar, dengan memodelkan eleman- eleman menggunakan probabilitas. Salah satu
aplikasinya adalah pada image processing, HMM memiliki tiga parameter utama
yang harus dicari nilainya terlebih dahulu.
Wajah diproses dengan
cara scan secara vertical dari atas ke bawah. Prinsip kerja sistem secara
keseluruhan adalah pengenalan beberapagambar wajah yang unik dengan berbagai
Ekspresi yang
berfungsi sebagai input dengan gambar wajah yang di simpan dalam database
dengan metode training Hidden Markov Model (HMM).
Sistem pengenalan
wajah (face recognition) membandingkan percobaan
Pengenalan sesuai
dengan codebook (32, 64,128, 256) dan iterasi (5, 10) dan di dapat hasil
sebagai berikut :


Dengan perbandingan
akurasi metode lain

Kesimpulan
Ø Perbandingan
Dari
ketiga jurnal diatas dapat diketahui bahwa ketiga jurnal memiliki pembahasan
yang memiliki kesamaan dalam cara, kegunaan dll, yaitu mengidentifikasi
identitas seseorang menggunakan Biometrik (sidik jari, mata(iris scanner),
wajah) seseorang. Karena setiap orang pasti memiliki perbedaan pada biometriknya
maka dari itu biometrik ini dapat juga di gunakan dalam mengidentifikasi
identitas, pengamanan data, dll. Pembacaan biometrik ini sangat presisi maka
dari itu sangat sulit untuk di tembus keamaannya dan cara menggunakan nya juga
cepat.
Disini
saya menekankan pada penggunaan pengamanan data, dimana sekarang dapat mudah
ditemukan yaitu contoh nya smartphone jaman sekarang yang sudah menggunakan
‘fingerprint(scan sidik jari)’,’iris scanner(scan mata)’,bahkan ‘face
recognation’(scan wajah). Dalam ketiga metode pengamanan data, semua metode
memiliki pertahanan dalam pembobolan data yang sulit di bobol oleh hacker
karena penduplikasian sangat sulit dilalukan. Karena itu pengamanan menggunakan
biometrik ini sangat populer karena ketahanannya dalam pembobolan data.
Jaman
sekarang metode ini juga digunakan untuk absensi dalam sebuah kantor, kampus
atau sekolah karena kepresisisan dan kecepatan dalam mengidentifikasi identitas
seseorang. Sehingga kita tidak perlu lagi menandatangan di kertas yang sangat
membuang waktu dan tenaga.
Dari
ketiga metode pembaca biometrik diatas menurut kami metode yang paling baik
adalah Fingerprint karena :
-
Alatnya
paling murah.
-
Pengelolaan
data lebih mudah.
-
Cepat
kemampuan membaca datanya .
-
Sudah
banyak orang yang familiar dengan fingerprint.
Namun tentunya memiliki kelemahan yaitu :
-
Mudah
diduplikasi.
-
Tidak
bisa diubah data sidik jari anda jika sudah diretas maka hacker dapat
menggunakannya kapan saja.
-
Sensor
tidak mengeli jika jadi anda basah, luka.
Ø Metode yang paling banyak digunakan
Dari ketiga
metode pembaca biometri yang paling banyak digunakan tentu saja Fingerprint, alasannya sama
seperti yang kami bahas di perbandingan yaitu :
-
Alatnya
paling murah.
-
Pengelolaan
data lebih mudah.
-
Cepat
kemampuan membaca datanya .
-
Sudah
banyak orang yang familiar dengan fingerprint.
Daftar pustaka
Muhammad, Noval Aditya. dkk. 2013. Pembuatan
Aplikasi Presensi Perkuliahan Berbasis Fingerprint (Studi Kasus : Jurusan Sistem
Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya). Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Kristianto, Erwin G. dkk. Identifikasi Iris Opsi Identifikasi
Biometri. Menado: Universitas Sam Ratulangi.
Sudiana, Dodi. dkk. Sistem Pengenalan Wajah (Face
Recognation) Menggunakan Metode Hidden Markov Mode (HMM). Depok: Universitas
Indonesia.
Langganan:
Komentar (Atom)